Penyakit Crohn adalah salah satu kondisi kesehatan yang menyerang usus. Radang usus merupakan sekelompok peradangan yang terjadi di organ usus besar maupun usus kecil. Saat kondisi ini terjadi, kerja usus jadi terganggu.
Kemudian muncul masalah kesehatan yang berhubungan dengan sakit perut, diare, serta penurunan nafsu makan. Dua jenis radang usus yakni kolitis ulseratif serta Crohn’s disease. Berikut adalah fakta kedua masalah kesehatan ini.
1. Deskripsi Penyakit Crohn dan Kolitis Ulseratif
Kolitis Ulseratif merupakan peradangan kronis yang terjadi di organ usus besar (kolon) serta rektum. Walau dapat terjadi pada siapapun, mayoritas kasus kolitis ulseratif menyerang pasien berusia di bawah 30 tahun.
Berbeda dengan kolitis ulseratif yang terjadi di organ usus besar dan rektum, Crohn’s disease justru menyerang seluruh lapisan pada dinding sistem pencernaan. Mulai dari mulut sampai bagian anus. Untuk sebagian besar kasus, Crohn’s disease terjadi di organ usus kecil. Tepatnya di bagian ileum dan usus besar atau kolon.
2. Gejala Penyakit Crohn dan Kolitis Ulseratif
Kolitis Ulseratif memiliki tanda berupa diare. Biasanya juga disertai darah, lendir, maupun nanah. Penderita juga merasa nyeri atau kram perut. Ditambah frekuensi buang air besar kian meningkat. Timbul kelelahan, nyeri rektum, demam, serta penurunan berat badan. Tanda-tanda tersebut diawali keluhan BAB lebih dari 6 kali dalam sehari. Detak jantung penderita pun tak beraturan, serta mengalami napas cepat.
Crohn’s disease ditandai dengan kelelahan, sakit perut, diare, penurunan nafsu makan, juga bercampurnya feses dengan lendir serta darah. Tanda lain yang barangkali muncul yakni demam tinggi, nyeri sendi, mual, muntah, peradangan mata (uveitis), kemerahan di kulit, juga sariawan.
3. Penyebab dan Faktor Risiko
Faktor keturunan serta usia dapat mempengaruhi penyakit Kolitis Ulseratif. Seseorang memiliki risiko tinggi terkena kolitis ulseratif bila terdapat anggota keluarga yang pernah mengalami kondisi serupa. Sementara faktor usia juga dapat mempengaruhi tingkat keparahan dari gejala.
Penyebab Crohn’s disease belum diketahui dengan pasti. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko dari penyakit ini. Di antaranya faktor genetik, gangguan sistem imun, kebiasaan merokok, serta memiliki riwayat infeksi.
4. Diagnosis
Diagnosis Kolitis Ulseratif dilakukan melalui pemeriksaan darah, sampel feses, rontgen, kolonoskopi, CT scan, serta pemeriksaan sigmoid atau sigmoidoskopi.
Untuk Crohn’s disease pemeriksaan awal dilakukan dengan menanyakan terkait gejala yang dialami oleh pengidap. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan darah, pemeriksaan feses, kolonoskopi, kapsul endoskopi nirkabel. Selain itu, dilakukan pula CTE dan MRE (computerised tomography enterography or enteroclysis).
5. Pengobatan
Pengobatan Kolitis Ulseratif tergantung tingkat keparahan penyakit serta kondisi kesehatan penderita. Namun, secara umum, penyakit ini bisa diobati dengan cara mengkonsumsi obat anti-inflamasi serta imunosupresan. Di samping itu, dapat dilakukan tindak operasi bila gejalanya memburuk.
Penyakit Crohn memang belum dapat disembuhkan. Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan guna meringankan gejala. Hal ini juga dapat mencegah terjadi komplikasi. Upaya tersebut antara lain mengkonsumsi obat anti-inflamasi, imunosupresan, sekaligus antibiotik.
Itulah perbedaan kolitis ulseratif serta penyakit Crohn. Crohn’s disease tak bisa disembuhkan. Obat-obatan steroid serta imunosupresan dapat dimanfaatkan untuk memperlambat perkembangan dari penyakit. Bila cara ini dirasa tak efektif, pasien barangkali membutuhkan operasi.
Selain itu, pasien yang mengidap Crohn’s disease mungkin butuh untuk menerima skrining secara rutin. Tindakan ini untuk mengatasi kanker kolorektal sebab terjadi peningkatan risiko. Kalau Anda masih memiliki pertanyaan terkait kedua penyakit tersebut, jangan ragu untuk bertanya pada dokter.